Warga Gunungkidul Terkena Antraks Akibat Menggali dan Menyantap Daging Sapi yang Telah Dikubur

Berita231 Dilihat

Sejumlah penduduk di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, terinfeksi penyakit antraks setelah mereka menggali kembali ternak yang telah mati dan mengonsumsi dagingnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates, ditemukan bahwa 12 ekor ternak, terdiri dari enam sapi dan enam kambing milik penduduk Dusun Jati, terinfeksi antraks.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menjelaskan bahwa beberapa hewan tersebut dibeli dari luar Dusun Jati dan sebagian merupakan hasil pembiakan oleh peternak setempat. Enam sapi dan enam kambing tersebut telah mati.

“Sapi-sapi tersebut sudah sakit, mati, dan dikubur sesuai prosedur. Namun, beberapa warga menggali dan mengonsumsinya,” ujar Wibawanti saat ditemui di Kantor Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, DIY, pada hari Rabu (5/7).

Dari keenam sapi tersebut, tiga di antaranya dinyatakan positif terinfeksi antraks dan dikonsumsi oleh penduduk setempat.

“Beberapa hewan yang lain memang belum sempat dikubur. Dua sapi lainnya telah mati, namun tetap dikonsumsi,” tambahnya.

Kronologi Tanggal Kejadian

Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Retno Widyastuti, menjelaskan bahwa laporan pertama mengenai kematian hewan ternak akibat penyakit ini diterima pada tanggal 18 Mei 2023 di Dusun Jati.

“Maka dari itu, sapi yang dimakan oleh penduduk sudah sakit. Kejadian itu terjadi pada akhir Mei hingga awal Juni. Kematian tersebut terjadi dalam rentang waktu beberapa hari,” ungkap Retno.

Retno menambahkan bahwa pihaknya baru menerima laporan pertama tentang penyebaran antraks di wilayah Dusun Jati pada tanggal 2 Juni 2023.

Baca juga:
Si Kembar Penipu iPhone Rihana Rihani: Tak Ada Batasan Korban, Termasuk Keluarga Sendiri

Selanjutnya, pihak terkait memberikan antibiotik dan melakukan vaksinasi pada hewan ternak, serta melakukan sterilisasi area dengan penyemprotan formalin.

“Kami juga melakukan penyiraman pada area tersebut. Selanjutnya, kami akan mengambil sampel tanah untuk diuji apakah masih terdapat kasus antraks atau tidak. Jika hasilnya masih positif, maka akan dilakukan penyiraman ulang. Namun, jika sudah negatif, kami akan membuat lapisan beton agar tidak membahayakan,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *